Detail Cantuman

Menurut data GLOBOCAN 2020, kanker payudara merupakan jenis kanker dengan
prevalensi tertinggi di dunia, dengan 2,26 juta kasus baru (11,7%) dan 684.996
kematian (6,9%) pada wanita di seluruh dunia. Upaya pengembangan obat
antikanker payudara yang aman, selektif, dan memiliki efek samping yang rendah
sangat diperlukan. Salah satu alternatifnya adalah pemanfaatan bahan alam, seperti
paku kidang (Dicksonia blumei (Kunze) Moore). Berdasarkan beberapa penelitian,
ekstraknya memiliki potensi aktivitas fisiologis, salah satunya sebagai antikanker.
Penelitian ini dilakukan secara in silico pada 100 senyawa metabolit sekunder paku
kidang terhadap reseptor ER-?, ER-?, progesteron, dan HER2 untuk mengevaluasi
aktivitas antikankernya. Senyawa (1r,3R,4s,5S)-4-{[(2E)-3-(3,4-
dihydroxyphenyl)prop-2-enoyl]oxy}-1,3,5-trihydroxy cyclohexane-1-carboxylic
acid menunjukkan potensi aktivitas antikanker payudara terhadap reseptor HER2
(PDB ID: 3PP0). Hasil penambatan molekuler mengungkapkan bahwa senyawa ini
memiliki energi bebas Gibbs (?G) sebesar -10,2 kkal/mol, yang lebih baik daripada
pembandingnya, trastuzumab. Senyawa ini juga berinteraksi dengan asam amino
esensial yang sama, yaitu ASP863. Simulasi dinamika molekuler selama 100 ns
menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki stabilitas interaksi terhadap
reseptor HER2, dengan hasil energi bebas Gibbs (?G) sebesar -19,3188 kkal/mol
menggunakan AMBER 22. Namun, senyawa ini perlu dioptimalkan sebagai lead
compound untuk meningkatkan aktivitas serta mengurangi toksisitasnya, untuk
dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai kandidat antikanker payudara yang efektif
terhadap reseptor HER2.